Mawarku


            Titik terendah selama hidup. Beban dan guncangan datang bertubi. Tiada yang tau akan hal itu. Hanya aku, dan dinding kamar yang selalu menemani tatapan kosong ini. Mawar dengan warna merah merona, yang selama ini tertanam dengan indah, kini nampak layu tak berdaya. Tidak sengaja Mawar itu tercabut akibat tersenggol oleh kesilapan yang kulakukan. Kesilapan yang datang seakan ini semua telah diatur oleh pengaturnya. Seolah memberikan kesan perasaan dan pengalaman yang begitu mendalam. Menjadikan pembelajaran tentang pentingnya kehati-hatian. Memberikan penyesalan akan tindakan yang tidak bisa dibenarkan.


            Benar saja. Penyesalan selalu datang diakhir. Itu adalah titik dimana perasaan sudah tak mampu lagi bertindak. Yang diinginkan hanyalah waktu. Berharap waktu terulang? tentu ini bukanlah sebuah permainan konsol atau film yang bisa kita atur skenarionya. Ini adalah nyata. Ini adalah kehidupan yang tidak akan pernah bisa kita atur. Yang kita bisa lakukan adalah menghadapi dan menjalani. Semua titik dimana masalah itu terjadi, adalah sebuah 'hadiah' yang bisa kita simpan dan kita gunakan menuju perjalanan selanjutnya. Sebab hal yang mampu menjadikan kita sekuat ini, dan bertahan sampai saat ini, adalah karena kita telah menggunakan 'hadiah' yang pernah kita dapatkan dan menggunakannya untuk menjalani perjalanan kehidupan sampai saat ini. Sudah jelas, hadiah itu adalah pengalaman dan pelajaran.


            Dititik ini, waktu adalah hal yang paling dominan. Ketika waktu terulang kembali adalah hal yang mustahil, yang diinginkan kini adalah waktu yang cepat berlalu. Namun tetap saja, itu tidak akan bisa. Seolah waktu menjadikan kita lelucon dan membuat kita merasakan semuanya. Merasakan semua 'hadiah' yang diberikan pada kita. Membiarkan perasaan dan pikiran menjadi liar. Sampai kita menemukan titik dimana pilihan akan ada dihadapan kita. Pilihan yang akan menentukan perjalanan hidup kita. Pilihan tetaplah pilihan. Ketika sebuah pilihan dipilih, siap atau tidak, suatu hal pasti akan terjadi. Dari hal itu, jangan sampai kita tidak menggunakan 'hadiah' yang sudah didapatkan untuk membuat pilihan yang tepat.


            Saat ini, mawarku kian melemah. Warnanya sudah mulai tak seterang dulu. Ditanam kembali? itu adalah hal yang tidak mungkin lagi. Hal itu tidak akan membuat mawar merah ku kembali lagi. Tak akan menjadikan mawar yang sama saat aku tanam dahulu. Pilihanku kini ada dua. Memilih tetap menanam mawar yang layu atau menanam mawar yang baru.










Apapun itu. Aku akan memilih melampaui batasku. Aku akan memasukkannya kedalam toples dan membuat ramuan yang mampu mengawetkan mawarku. Segila apapun yang akan aku lakukan, aku tidak akan mengganti mawarku. Mawarku, akan menjadi bagian dari hidupku. Selamanya.


Palembang,

Ditulis dikamar.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Go On and On

Gabut Menjelang Gelap

Happy Twenty